Romantisnya Rasulullah kepada Aisyah binti Abu Bakar
Assalamu’alaikum readers! Kali ini kita akan menyelami hikmah dari kisah cinta Rasulullah Saw dengan salah seorang Ummul Mukminin yaitu Aisyah binti Abu Bakar. Kisah ini berawal dari kesedihan Rasulullah Saw setelah ditinggal istri tercintanya yaitu Khadijah binti Khuwailid ra. Para sahabat menyadari rasa sedih itu, maka Allah takdirkan salah seorang sahabat bernama Khaulah binti Hakim untuk menyarankan Rasulullah agar mencari istri, lalu ia menyarankan dua nama yaitu Aisyah binti Abu Bakar dan Saudah binti Zam’ah. Akhirnya Rasulullah meminang keduanga. Saat itu Aisyah baru berusia 6 tahun dan baru tinggal bersama Rasulullah di usianya yang ke 9. Kehadiran Sa’udah dan ‘Aisyah menjadi sebuah anugerah dan memberi kebahagiaan bagi Rasulullah Saw.
Sebagai pasangan kisah cinta
Rasulullah Saw dan ‘Aisyah ra. mengajarkan kita untuk saling mencintai karena
Allah, memahami, dan mendukung. Mari kita lihat beberapa diantara banyaknya
keromantisan kisah beliau, yaitu:
‘Aisyah Senang Bermain
Aisyah dinikahi oleh Rasulullah
ketika usianya masih sangat muda. Maka dari itu Rasulullah memahami bahwa pada
usia tersebut Aisyah ra. sangat senang bermain dengan teman sebayanya, maka
dari itu Rasulullah menyuruh teman-teman Aisyah untuk bermain dengan Aisyah.
‘Aisyah ra. menceritakan bahwa ia
pernah bermain dengan anak-anak perempuan sebayanya di depan Rasulullah Saw. ‘Aisyah
ra. berkata, “Teman-teman perempuan sepermainanku suka dating ke rumah. Awalnya
mereka sangat segan bertemu dengan Rasulullah Saw., tetapi beliau malah
menyuruh mereka untuk berkumpul di sekitarku.” (Muttafaq ‘alaih)
Ketika ‘Aisyah Bersedih
Aisyah sangat mencintai
Rasulullah Saw dan sangat berharap dapat memberikan keturunan kepada beliau
seperti yang dilakukan Khadijah ra. Akan tetapi waktu terus berjalan dan
harapan tersebut tak kunjung terwujud. Rasulullah memahami apa yang dirasakan
istrinya ini dan menghiburnya dengan memberi saran kepadanya untuk menggunakan kun-yah (panggilan berdasarkan nama
anak) dengan nama keponakannya, Abdullah bin Zubair. Sejak saat itu Aisyah ra. dipanggil
dengan nama Ummu Abdullah. (Nisaa’ Ahlil Bait, halaman 119-120)
Satu Lawan Satu
‘Aisyah menuturkan, “Aku menemani
perjalanan Rasulullah Saw. Saat itu aku masih kecil dan tubuhku masih ramping.
Tiba-tiba Rasulullah Saw. berkata kepada sahabat di sekitarnya, ‘Majulah,
majulah.’. Mereka pun berjalan lebih cepat dan maju. Kemudian, beliau berkata
kepadaku, ‘Hai ‘Aisyah, ayo kita lomba lari.’ Kami pun berlomba dan aku
berhasil mendahului beliau.
Cukup
lama beliau tidak mengungkit-ungkit kejadian itu hingga suatu masa ketika
tubuhku mulai gemuk dan aku tidak ingat lagi dengannya. Saat itu, aku
mendampingi beliau dalam sebuah perjalanan. Tiba-tiba belaiau berkata kepada
sahabat di sekitarnya, ‘Majulah, majulah.’. Mereka pun maju. Kemudian, beliau
berkata kepadaku, ‘Hai ‘Aisyah, ayo kita lomba lari.’ Kami pun berlomba, tapi
kali ini beliau berhasil mendahuluiku. Beliau tampak tersenyum, lalu berkata ‘sekarang
kita seri, kemenanganku saat ini membalas kekalahanku dulu.’” (HR. Ahmad dan
Nasa’I, Sanad riwayat ini shahiih)
Sumber:
Mahmud Al-Mishri. (2012). 35
Sirah Shahabiyah. Jakarta Timur: Al-I’tishom Cahaya Umat.
Comments
Post a Comment